Adab yang luka.
Subuh tenang,
Dingin dirasa,
Setenang Ramadhan Yang Mulia,
Kasih saudara,
Ukhwah ditaut,
Doa diraup,
Mengapa perang dilaung sesama saudara?
Siapa yang benar.
Siapa yang sabar,
Siapa berjiwa besar,
Dapat disirna,
Dapat disingkap,
Dapat dipandang,
Oleh sang mata.
Meraka yang benar akan tetap benar.
Siapa yang sabar akan tetap sabar,
Siapa berjiwa besar akan tetap berjiwa besar,
Mengapa perlu berhati kasar?
Mengapa menghambur nista pada saudara?
Tertutup sudahkah gerbang adab dan budimu?
Hati yang berjiwa halus, beradab dan berakal budi.
Tidak akan mampu lidah menghambur cerca dan nista.
Lidah dan tulisan,
Adalah gambaran jiwa saudara,
Perjuangan perlu dilaungkan,
Kebenaran perlu ditegakkan,
Namun jangan sampai engkau hilang akal,
Kembalilah kita menitip keheningan ramadhan ini,
Menghirup selaut Rahman dan Rahim Ilahi,
Meratap memohon keampunan akan kemungkaran kita.
Bersimpuh mengharap reda daripada Nya.
Oh...aku kah murabi ?
Oh..akukah Qiyadah?
Oh..akukah Umah?
Andai akal sudah pergi?
Bicara hanya menghunus nestapa pada saudara?
Bersastera hanya untuk menikam luka?
Akal budi, sopan santun, akhlak mulia.
Dapat kita kenal dari tingkahnya.
Dapat kita tahu siapa yang empunya.
Jiwa murabbi,
Ta`dib,Ta`dib,Ta`dib
Pena Syurga
3 Ramadhan 1429
6.49 subuh
No comments:
Post a Comment